Sepucuk Surat Untukmu
Entah mengapa malam ini.... Saya begitu keras memikirkan seseorang, yang dia belum tentu memikirkan saya pula. Menyedihkan. Anehnya, Allah menghendaki semua ini terjadi.
Daridulu, saya selalu membohongi diri saya sendiri, bahagia, sedih, gelisah, takut, kecewa, semua sudah saya kemas dengan baik, sehingga orang seperti sayalah yang sebetulnya paling rapuh.
Sekedar ingin menulis, tidak ada maksud apapun dalam tulisan ini. Hanya saja, ingin mengutarakan apa yang ada dibenak.
Saya pikir saya bisa melupakannya, tapi justru semakin saya ingin melupakannya, semakin jelas ingatan tentang dirinya.
Semenjak perpisahan itu, hati ini rasanya sudah tidak berbentuk lagi. Porak poranda. Seperti gempa bumi yang datangnya mendadak dan tanpa persiapan. Tetapi, manusia pembohong ini, selalu berpura- pura untuk menjadi tegar.
Saya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan dirinya yang dikirim Tuhan untuk saya, ketika saya harus berbenah untuk diri sendiri. Pertemuan singkat penuh makna, justru hal- hal seperti ini yang saya inginkan, dibandingkan selalu bersama tetapi tanpa makna. Sakit? Jelas. Tapi begitulah hidup, untuk menjadi manusia yang kuat, memang harus dihancurkan berkali- kali sampai hancur- sehancurnya agar bisa menjadi kokoh setelahnya.
Setidaknya, saya sudah berusaha sekeras mungkin untuk memperjuangkan supaya tidak ada penyesalan dikemudian hari, tetapi, Tuhan tetap tidak mengizinkan saat itu. Melepaskan adalah cara terbaik. Agar masing- masing bisa tumbuh menjadi dewasa dengan cara perpisahan. Semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan cara, keadaan, waktu, situasi yang menakjubkan di kemudian hari. Saya tidak pernah berfikir untuk melupakan, biar waktu yang menjawab. Semoga anda selalu dalam lindungan-Nya.
Daridulu, saya selalu membohongi diri saya sendiri, bahagia, sedih, gelisah, takut, kecewa, semua sudah saya kemas dengan baik, sehingga orang seperti sayalah yang sebetulnya paling rapuh.
Sekedar ingin menulis, tidak ada maksud apapun dalam tulisan ini. Hanya saja, ingin mengutarakan apa yang ada dibenak.
Saya pikir saya bisa melupakannya, tapi justru semakin saya ingin melupakannya, semakin jelas ingatan tentang dirinya.
Semenjak perpisahan itu, hati ini rasanya sudah tidak berbentuk lagi. Porak poranda. Seperti gempa bumi yang datangnya mendadak dan tanpa persiapan. Tetapi, manusia pembohong ini, selalu berpura- pura untuk menjadi tegar.
Saya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan dirinya yang dikirim Tuhan untuk saya, ketika saya harus berbenah untuk diri sendiri. Pertemuan singkat penuh makna, justru hal- hal seperti ini yang saya inginkan, dibandingkan selalu bersama tetapi tanpa makna. Sakit? Jelas. Tapi begitulah hidup, untuk menjadi manusia yang kuat, memang harus dihancurkan berkali- kali sampai hancur- sehancurnya agar bisa menjadi kokoh setelahnya.
Setidaknya, saya sudah berusaha sekeras mungkin untuk memperjuangkan supaya tidak ada penyesalan dikemudian hari, tetapi, Tuhan tetap tidak mengizinkan saat itu. Melepaskan adalah cara terbaik. Agar masing- masing bisa tumbuh menjadi dewasa dengan cara perpisahan. Semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan cara, keadaan, waktu, situasi yang menakjubkan di kemudian hari. Saya tidak pernah berfikir untuk melupakan, biar waktu yang menjawab. Semoga anda selalu dalam lindungan-Nya.
Singkat belum tentu tidak bermakna. Makna adalah kunci dalam sebuah ikatan. Dan terima kasih sudah menulis kegundahan yg bahkan begitu padat dalam mengungkapkannya.
BalasHapusDoamu indah sekali, dan doa yang sama untukmu. Butuh wKfu 5 tahun untuk menemukan sepucuk surat ini darimu. Bagaikan teka teki rumit yg sulit bagiku untuk menemukanmu. Tapi percayalah, akupun sama denganmu. Mencari dan mengumpulkan sisa pecahan kenangan disetiap sudut tempat dikota, tempat yg kita sambangi dan rumahku.
Teruntuk kamu, rindu ini mengalir deras. Semoga ada kesempatan bagimu untuk membaca sepicuk balasan ini.
Terima kasih telah hadir dan menjadi bagian dari segala perubahan, cik mita-ku.