Refleksi 10 tahun #Flashback dan Planning 10 tahun #Future
Balik lagi.
Tulisan kali ini, hutang minggu kemarin karena belum sempet post.
Seharusnya hari ini harus menyelesaikan jurnal sebagai syarat tesis mendatang, untuk diterbitkan di jurnal nasional, tapi apa boleh buat hati saya tergerak untuk menulis blog malam ini, mungkin akan saya kerjakan setelah ini atau dini hari nanti. Well, saya lebih menyukai dini hari ketika melakukan pekerjaan, tenang.
tema kali ini, saya ingin menuliskan refleksi perjalanan hidup saya 10 tahun ke belakang, sekarang, umur saya sudah 24 tahun, jadi saya akan menuliskan beberapa moment saat usia saya masih 14 tahun hingga sekarang. Well, saya ini manusia biasa sama seperti kalian, dan setiap manusia memiliki pengalamannya masing- masing, setiap pengalaman dalam perjalanan hidup kita syukur- syukur bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pembaca dalam mengambil keputusan ke depannya, agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan, kita bisa saling belajar dari pengalaman, itu mengapa saya amat sangat menyukai diskusi, karena disitulah kita bisa belajar tanpa perlu mengeluarkan biaya, gratis.
Saat umur 14 tahun, berarti saya masih duduk di bangku kelas 3 SMP, saya alumni SMP N 2 Demak, dulu sebetulnya ingin masuk di SMP 1 saja, tapi tidak diperbolehkan orang tua karena dulu kakak saya SMP 1, daftar di SMP 2 sebagai bahan perbandingan SMP 1 dan SMP 2 outputnya bagaimana, yang notabene waktu itu SMP 2 dikenal geng-gengan dan orangnya pintar- pintar, bisa dibilang saya dijadikan kelinci percobaan oleh ibu saya -____- Sebetulnya banyak keinginan saya yang tidak tersampaikan karena mengikuti arahan orangtua. Keinginan saya saat SD melanjutkan di SMP 1 Demak, SMA N 3 Semarang, dan kuliah di Universitas Indonesia, tapi itu semua pupus karena terhalang restu orangtua, saat SMA sempat ingin juga daftar di SMA N 1 Kudus setidaknya keluar dari Demak, saat itu ortu juga menyetujui tetapi ternyata nilai saya ada yang kurang di kelas 2 SMP, karena pendaftaran di Kudus berdasarkan nilai rapot dengna nilai minimal 70, tapi hanya ada satu pelajaran Matematika dan guru itu yang membuat saya merasa terhina, Karena apa? Saat saya menginginkan remidi dengan guru tersebut untuk pewrbaikan, beliau tidak mengijinkan untuk perbaikan dengan ucapannya "ya berarti kamu tidak bisa masuk di SMA situ", padahal saya sendiri mau menerima perbaikan untuk merombak nilai rapot tersebut tapi beliau tidak mau membantu, saya hanya bisa menangis dalam hati. Terimakasih bu, atas sakit hatinya, hiks
Pada akhirnya, saya menjalani sekolah saya di SMA N 1 Demak melalui beberapa tahap tes, karena saat saya masuk SMA tersebut, saat tahun itu juga pertama kalinya menyandang predikat sekolah RSBI, tesnya meliputi tes akademik dan wawancara, seingat saya seperti itu. Dulu, sebetulnya kalau tidak diterima di SMA N ! Demak pengalihannya masuk di SMA N 3 Demak, kalau tidak diterima juga saya mau dipondokkan oleh ibu saya di Jogja. Waw, saya takjub sebenarnya ortu mau mengambil keputusan seperti itu, maka sebisa mungkin saya harus diterima di SMA N 1 Demak meskipun sebenarnya inginnya SMA di Semarang. Saat saya di SMA 1, rasanya hidup saya lempeng- lempeng aja cuy, gitu- gitu aja, apa karena saya tipe orang yang cukup cuek, saya juga kurang tau, dan emang sering pacaran juga hehe, tapi gak ganti- ganti pacar, sekalinya pacaran durasinya cukup lama juga, banyak pacaran banyak juga belajar akademisnya cmewewww, banyak sekali cerita masa SMA mulai asmara, akademis dan di luar akademis bisa dibilang bakat atau skill kali ya. Ya, pada intinya dulu jaman SMA punya pacar dua kali dan menghabiskan masa SMA saya dengan pacaran wkwk engga juga ding, pacaran itu buat happy- happy aja sih sebenernya, buat selingan aja, karena masa SMA juga saya dituntut orangtua saya untuk belajar terus dan terus, pagi sampai maghrib bahkan bisa sampai jam 7 malem, waktu dihabiskan buat belajar aja, karena ada tambahan les, nah malem minggunya baru pacaran wkwkwkwk, kebetulan waktu itu saya waktu SMA juga tinggal di Demak, pacar juga orang Demak Demak aja, yaudahdehhhh alhamdulillah wkwk, Minggunya latihan Taekwondo, dulu demen banget sama olahraga bela diri satu ini, padahal asal muasalnya karena suka sama Korea yang pada akhirnya mempelajari semua tentang Korea, sampai bahasanya juga saya pelajari, eh malah nagih sama bela dirinya! tapi cuma berhenti di sabuk hijau karena saya harus melanjutkan perkuliahan di Jogja. Ortu juga sebenernya pingin anaknya masuk IPA,ternyata takdir berkata lain, anaknya masuk IPS semua dan saya bahagia masuk IPS wkwk, entah kenapa pas penentuan penjurusan itu temen saya yang dapet IPS pada nangis, kayak gak terima kalau IPS, yaa enjoy aja kalik, saya juga tipe orang pembelajar tapi saya nyatanya lebih suka dunia IPS, waktu kelas 1 SMA saat semua pelajaran IPA dan IPS jadi satu, pelajaran yang paling saya sukai adalah Biologi, karena beljar reproduksi wkwk, bukan maksut mesum loh, sejak SMP saya ikut PMR dan saya dipercaya untuk mengikuti lomba dan mempelajari bagian kesehatan terutama kesehatan reproduksi remaja dan segala penyakitnya. Fisika pelajaran paling sulit waktu itu, dan Matematika pelajaran paling- paling otak saya gak nyampek, karena Matematika IPA, kalo Matematika IPS masih bisa lah, kecil. Uhuyyyy
Ternyata saat kelas 3 SMA saya dilanda patah hati yang dahsyat, tepatnya saat ujian sekolah Matematika, inget banget. Tapi entah kenapa nilai malah bagus, waktu itu. Alhamdulillah ya, dikasih sinkronisasi otak sama hati yang bagus, moment ini kesempatan saya untuk mewujudkan impian saya kuliah di UI, tapi tetap tidak tercapai, yaaaahhmmm. Saat SMA saya mendapatkan peringkat 2 terbaik se-IPS itu waktu kelas 2 SMA sepertinya atau kelas 3 ya, lupa, dan mendapatkan kesempatan SBMPTN Undangan, jackpot bagi saya, moment itu saya ambil kesempatan untuk mendaftarkan diri di UI dan UGM, jurusannya pun saya ambil ilmu komunikasi. Kenapa ambil komunikasi? Karena saya suka berinteraksi dengan orang- orang, entah saya yang kepedean atau bagaimana saya juga kurang tau, teman saya yang paling pintar seangkatan, pilihan utamanya jatuh di UGM apalah daya saya malah memilih UI untuk undangan -____- ternyata gak masuk juga, yasudah. SBMPTN tulis saya pilih UGM saja ambil Ilmu Komunikasi dan Sastra Korea dan gak masuk juga. Pada akhirnya saya memilih kota Jogja dengan jurusan harus Ilmu Komunikasi, entah itu kampus apa yang terpenting jurusan yang diambil Ilmu Komunikasi. Mengapa Jogja? Intinya saya ingin keluar di zona tempat saya lahir, kalau di Semarang pun sekelas Undip, pasti akan bertemu teman- teman saya SMA meskipun jurusan yang diambil berbeda- beda. Setelah penelusuran kampus yang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi, karena yang negeri di Jogja yang ada Komunikasi hanya UIN dan UGM , saya juga mencari kampus swasta, dan UPN yang menjadi pilihan saya. Enggak berhenti sampai disitu, tes UPN pertama kali ambil Ilmu Komunikasi dan Administrasi bisnis, keterima di Adminitrasi Bisnis, omaygat, tapi memang saat pengerjaan tes saya lebih lancar di ekonominya, wajar aja kalo diterimanya di AB. Lakukan tes kedua, ambil Ilmu Komunikasi semua dan cuman belajar bahasa inggris, bahasa indonesianya aja, gaperlu belajar semuanya! dan Alhamdulillah baru diterima :)
Masuk perkuliahan, saat itu juga saya melampiaskan semua yang tidak bisa saya lakukan semasa SMA, yak mengikuti semua kegiatan kampus dari mulai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) organisasi dan event- event lainnya. Untuk UKM saya memilih Taekwondo dan Seni, sebetulnya di waktu demo UKM banyak list yang ingin saya ikuti tapi setelah saya filter ternyata dua UKM tadi yang saya pilih, untuk organisasi ada Himpunan Makom (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) dan AVIKOM (Audio Visual Komunikasi). WOW! Banyak pengalaman yang bisa saya ambil dari tempat- tempat itu, yang mungkin akan panjang ceritanya jika diceritakan disini. Pembelajaran seperti teamwork, kepemimpinan, manajemen waktu, Percaya Diri, Empati, Kemandirian dll, saat saya sedang naik daun dan dinominasikan sebagai ketua Teater dan Wakil Bendahara Umum di Himpunan, saya tersandung dan dipertemukan dengan orang yang konyol, hingga pada akhirnya karir saya di kampus saya korbankan, padahal sebetulnya itu kesempatan saya untuk mengasah skill saya menjadi seorang pemimpin yang bisa dijadikan teladan oleh anggotanya. Semaa kuliah, saya sulit sekali untuk pacaran, berbeda dengan waktu di SMA, saya lebih suka mengembangkan skill saya sampai di tingkat tertinggi, tetapi mulai semester 6 saya menyukai orang yang salah, yang mengamburadulkan hidup saya, bertemu dengan orang tersebut juga di Teater, dan dia salah satu orang yang menolak ketika saya dipilih menjadi ketua Teater, sebuah dilema. Namun, pada akhirnya saya pacaran juga dengan orang tersebut selama dua tahun kurang lebih, dan benar, hidup saya semakin berantakan, gak bener, sulit sekali lepas dari orang ini, dari semester 4 saya sudah meninginkan untuk melanjutkan pascasarjana, seharusnya di semester akhir waktu sarjana saya sudah mempersiapkan itu semua, ternyata saya bertemu dengan orang konyol ini dan saya menyia-nyiakan waktu belajar saya untuk orang ini, dulu inginnya melanjutkan di UGM karena masih ingin di Jogja, kalian tau sendiri meskipun pascasarjana masuk di UGM itu sulit juga, usaha saya, saya rasa memang kurang maksimal saat itu untuk masuk di UGM, ya karena itu tadi, saya pacaran dengan orang konyol yang sama sekali tidak mensupport apa yang saya cita- citakan malah selalu diajak jalan- jalan. Hadeeehhhh, sampai pada akhirnya saya lulus sarjana, saya dihadapkan pilihan yang pelik, berkali- kali saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena pacaran dengannya sungguh sangat tidak berfaedah, selalu diajak untuk happy- happy aja, seperti saya dulu waktu SMA tapi ini lebih parah, karena orang ini sama sekali tidak memikirkan masa depannya, benar- benar menikmati hidupnya sekarang dengan menggantungkan orang lain, yaitu say. Yassalaaammmm.......
Saya lulus sarjana, tidak langsung mencari kerja, tapi mempersiapkan untuk pendaftaran UGM, ternyata syaratnya banyak sekali untuk jurusan Ilmu Komunikasi. Sembari menunggu, saya mencari pekerjaan hanya di lingkup Jogja saja karena saya mantap untuk di UGM dan pada saat itu memang keadaan financial saya mulai berantakan karena pacaran dengan orang ini, financial berantakan, pendidikan di UGM gak kecapai karena main terus, akhirnya saya apply pekerjaan APAPUN di Jogja, kualifikasi SMA pun saya ambil, kepepet butuh uang buat hidup. Banyak panggilan yang masuk karena tertarik dengan CV saya, tapi sewaktu wawancara selalu gagal, nah ini pembelajaran lagi buat saya, cari duit itu susah, tapi memang saya menyadari saat lulus sarjana, mental saya masih belum siap untuk bekerja, dan saya masih suka untuk belajar, pernah suatu ketika ditanya dosen "kamu kenapa pengen lanjut S2 mau jadi dosen ya?" dan saya jawab "enggak pak, saya ingin jadi pengusaha" ucapan itu berkali kali saya utarakan jika orang bertanya dan memutuskan saya untuk menjadi dosen, saya selalu menjawab menjadi pengusaha. Kembali lagi, saat mencari pekerjaan, sering gagal dan juga sering tidak dihargai dengan pacar saya sendiri, wah pokoknya punya pacar kayak gini gak faedah banget, pernah juga sempat diterima kerja menjadi admin online shop, baru sebulan eh diberhentikan, karena sering gak tepat waktu, padahal itu terjadi karena motor saya selalu dipakai pacar saya buat kuliah. Hahhhh,,, apes banget yakkk...tapi waktu kerja sebulan itu juga digaji, dan lagi,,, gaji saya diembat juga sama pacar saya ini untuk bayar uang kontrakan. Allahuakbar! Lagi seneng-senengnya punya duit hasil sendiri, malah diembat. Dalam hati "Ya Allah, sebenernya Allah mau kasih aku apasih setelah saya bertemu dengan orang ini?" setahun pontang panting cari kerja, dan saya juga sudah putus asa untuk mendaftar di UGM keburu saya tua, akhirnya saya mencari kampus lain untuk dijadikan pilihan, lagi- lagi UI sebagai incaran, tapi ilmu komunikasi pascasarjana di UI tidak sesuai dengan passion saya, di UI lebih cenderung ke kajian- kajian, kajian Afrika, kajian Amerika dll. Semua kampus negeri sudah saya telusuri, UNDIP dan UNS jadi pilihan, dan ortu mersetui untuk mendaftar di Undip, dan diterima dan di momen itu juga saya memutuskan pacar saya ini, karena pacar saya yang dulu sulit kalau diajak LDR. Yes! Tapi sebelum saya memutuskan dengan pacar saya ini, saya sempat dipertemukan orang juga yang berpengaruh untuk perbaikan diri saya yang sangat pesat, entah kenapa orang ini bisa merubah saya seperti saya yang sebenarnya dan saya yang saya inginkan daridulu, seperti sejak SD saya ingin hafalan Quran karena tidak ada guru untuk menyimak saya hafalan, akhirnya saya urungkan niat menghafal Al- Quran, kemudian Jilbab, dari tahun 2016 saya sudah berfikir untuk berhijab karena lingkungan saya juga orang- orang baik saat itu di semester awal kuliah dan masih sangat baik sampai sekarang, lalu perncanaan- perencanaan dalam hidup yang dari dulu sebenarnya sudah saya rencanakan, saya menyukai planning tapi tidak memungkiri untuk bertindak spontan. Saya merasa saya yang sebenarnya saat bertemu orang ini, pun saya mantap untuk mengakhiri hubungan dengan pacar saya juga karena orang ini. Sepertinya ini memang hidayah. Sosok lelaki ideal idaman saya hehe tapi sekaligus yang menghancurkan hati saya juga huft, dan di sepanjang tahun 2018 ini, di umur ke 24 apapun yang ada dalam diri saya, saya eksplor, menurut saya tidaka ada kata terlambat untuk berubah jadi baik, kegagalan itu merupakan pembelajaran dan sangat berharga sekali.
Anyway, sepertinya perjalanan hidup saya 10 tahun ke belakang, hanya untuk belajar dan terus belajar (akademis) dan juga mengenal lelaki, bersosial, mungkin sekarang Allah belum memberikan rejeki pekerjaan untuk saya, karena dirasa saya masih mampu dari sisi materi, karena orangtua juga masih mampu membutuhi kehidupan saya, apalagi sekarang saya sudah sendiri, tidak dengan pacar yang dulu, hemmmm. Alhamdulillah sudah dapet invest emas 5 gram, tinggal tungggu hasil cetaknya. Dan diumur ini juga, sudah saatnya saya mandiri secara finansial , segera memensiunkan orangtua, karena saya punya rencana untuk mendirikan butik baju dan menikah dengan biaya sendiri, jadi saya harus bekerja. Dari dulu, sebetulnya memang tidak ingin menikah muda, karena saya mengerti, bahwa lelaki itu harus bekerja mengumpulkan uang untuk masa depannya termasuk pernikahannya kelak, nah, saya memberikan kesempatan untuk jodoh saya nanti siapapun itu, untuk mengumpulkan pundi- pundi uang dan di waktu saya menunggu lelaki itu datang, saya juga bekerja mengumpulkan uang untuk masa depan juga, saya rasa umur 27tahun umur yang ideal untuk saya menikah, masih ada waktu 3 tahun untuk mempersiapkan itu semua. Saat saya dipertemukan dengan orang yang berpengaruh mengubah hidup saya ini, sudah sama- sma mantap untuk menikah dan terkendala finansial juga permasalahannya, saai itu saya mengatakan pada orang tersebut "bahkan saya menunggu kamu sampai umur saya 30 tahun tidak masalah, jika kamu yakin terhadap saya" itu bnear- benar ucapan serius saya terhadap dia, tapi ternyata tidak siap dengan semua itu, karena dia tidak ingin membuat malu orangtua saya, karena memiliki perawan tua, padahal saya tidak mempermasalahkan itu, bodo amat kata orang lah ya, lagi- lagi saya tidak bisa memaksakan kehendak saya, dan ketika saat itu tiba, kami mengakhiri hubungan, di saat itu juga saya mengset goal saya ke depan, termasuk hal pernikahan. Semua sudah dipersiapkan sebelum umur 27 datang, tinggal sekarang bertindak dan dijalani sambil nyusu #lho #eh soalnya jarang ngopi hehehehe. Tapi ya gak tau ya, jodoh datengnya kapan setidaknya sudah ada persiapan, pas ketemu biar udah sama- sama siap biar gak kayak kemarin hehe. Sebetulnya enggak hanya sampai umur 27 saya mengset goal, bahkan 10 tahun ke depan hidup saya sudah sampai mana sudah arahkan, berarti umur saya 34 tahun. Tunggu saya muncul ke permukaan! Uhuyyy
Tulisan kali ini, hutang minggu kemarin karena belum sempet post.
Seharusnya hari ini harus menyelesaikan jurnal sebagai syarat tesis mendatang, untuk diterbitkan di jurnal nasional, tapi apa boleh buat hati saya tergerak untuk menulis blog malam ini, mungkin akan saya kerjakan setelah ini atau dini hari nanti. Well, saya lebih menyukai dini hari ketika melakukan pekerjaan, tenang.
tema kali ini, saya ingin menuliskan refleksi perjalanan hidup saya 10 tahun ke belakang, sekarang, umur saya sudah 24 tahun, jadi saya akan menuliskan beberapa moment saat usia saya masih 14 tahun hingga sekarang. Well, saya ini manusia biasa sama seperti kalian, dan setiap manusia memiliki pengalamannya masing- masing, setiap pengalaman dalam perjalanan hidup kita syukur- syukur bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pembaca dalam mengambil keputusan ke depannya, agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan, kita bisa saling belajar dari pengalaman, itu mengapa saya amat sangat menyukai diskusi, karena disitulah kita bisa belajar tanpa perlu mengeluarkan biaya, gratis.
Saat umur 14 tahun, berarti saya masih duduk di bangku kelas 3 SMP, saya alumni SMP N 2 Demak, dulu sebetulnya ingin masuk di SMP 1 saja, tapi tidak diperbolehkan orang tua karena dulu kakak saya SMP 1, daftar di SMP 2 sebagai bahan perbandingan SMP 1 dan SMP 2 outputnya bagaimana, yang notabene waktu itu SMP 2 dikenal geng-gengan dan orangnya pintar- pintar, bisa dibilang saya dijadikan kelinci percobaan oleh ibu saya -____- Sebetulnya banyak keinginan saya yang tidak tersampaikan karena mengikuti arahan orangtua. Keinginan saya saat SD melanjutkan di SMP 1 Demak, SMA N 3 Semarang, dan kuliah di Universitas Indonesia, tapi itu semua pupus karena terhalang restu orangtua, saat SMA sempat ingin juga daftar di SMA N 1 Kudus setidaknya keluar dari Demak, saat itu ortu juga menyetujui tetapi ternyata nilai saya ada yang kurang di kelas 2 SMP, karena pendaftaran di Kudus berdasarkan nilai rapot dengna nilai minimal 70, tapi hanya ada satu pelajaran Matematika dan guru itu yang membuat saya merasa terhina, Karena apa? Saat saya menginginkan remidi dengan guru tersebut untuk pewrbaikan, beliau tidak mengijinkan untuk perbaikan dengan ucapannya "ya berarti kamu tidak bisa masuk di SMA situ", padahal saya sendiri mau menerima perbaikan untuk merombak nilai rapot tersebut tapi beliau tidak mau membantu, saya hanya bisa menangis dalam hati. Terimakasih bu, atas sakit hatinya, hiks
Pada akhirnya, saya menjalani sekolah saya di SMA N 1 Demak melalui beberapa tahap tes, karena saat saya masuk SMA tersebut, saat tahun itu juga pertama kalinya menyandang predikat sekolah RSBI, tesnya meliputi tes akademik dan wawancara, seingat saya seperti itu. Dulu, sebetulnya kalau tidak diterima di SMA N ! Demak pengalihannya masuk di SMA N 3 Demak, kalau tidak diterima juga saya mau dipondokkan oleh ibu saya di Jogja. Waw, saya takjub sebenarnya ortu mau mengambil keputusan seperti itu, maka sebisa mungkin saya harus diterima di SMA N 1 Demak meskipun sebenarnya inginnya SMA di Semarang. Saat saya di SMA 1, rasanya hidup saya lempeng- lempeng aja cuy, gitu- gitu aja, apa karena saya tipe orang yang cukup cuek, saya juga kurang tau, dan emang sering pacaran juga hehe, tapi gak ganti- ganti pacar, sekalinya pacaran durasinya cukup lama juga, banyak pacaran banyak juga belajar akademisnya cmewewww, banyak sekali cerita masa SMA mulai asmara, akademis dan di luar akademis bisa dibilang bakat atau skill kali ya. Ya, pada intinya dulu jaman SMA punya pacar dua kali dan menghabiskan masa SMA saya dengan pacaran wkwk engga juga ding, pacaran itu buat happy- happy aja sih sebenernya, buat selingan aja, karena masa SMA juga saya dituntut orangtua saya untuk belajar terus dan terus, pagi sampai maghrib bahkan bisa sampai jam 7 malem, waktu dihabiskan buat belajar aja, karena ada tambahan les, nah malem minggunya baru pacaran wkwkwkwk, kebetulan waktu itu saya waktu SMA juga tinggal di Demak, pacar juga orang Demak Demak aja, yaudahdehhhh alhamdulillah wkwk, Minggunya latihan Taekwondo, dulu demen banget sama olahraga bela diri satu ini, padahal asal muasalnya karena suka sama Korea yang pada akhirnya mempelajari semua tentang Korea, sampai bahasanya juga saya pelajari, eh malah nagih sama bela dirinya! tapi cuma berhenti di sabuk hijau karena saya harus melanjutkan perkuliahan di Jogja. Ortu juga sebenernya pingin anaknya masuk IPA,ternyata takdir berkata lain, anaknya masuk IPS semua dan saya bahagia masuk IPS wkwk, entah kenapa pas penentuan penjurusan itu temen saya yang dapet IPS pada nangis, kayak gak terima kalau IPS, yaa enjoy aja kalik, saya juga tipe orang pembelajar tapi saya nyatanya lebih suka dunia IPS, waktu kelas 1 SMA saat semua pelajaran IPA dan IPS jadi satu, pelajaran yang paling saya sukai adalah Biologi, karena beljar reproduksi wkwk, bukan maksut mesum loh, sejak SMP saya ikut PMR dan saya dipercaya untuk mengikuti lomba dan mempelajari bagian kesehatan terutama kesehatan reproduksi remaja dan segala penyakitnya. Fisika pelajaran paling sulit waktu itu, dan Matematika pelajaran paling- paling otak saya gak nyampek, karena Matematika IPA, kalo Matematika IPS masih bisa lah, kecil. Uhuyyyy
Ternyata saat kelas 3 SMA saya dilanda patah hati yang dahsyat, tepatnya saat ujian sekolah Matematika, inget banget. Tapi entah kenapa nilai malah bagus, waktu itu. Alhamdulillah ya, dikasih sinkronisasi otak sama hati yang bagus, moment ini kesempatan saya untuk mewujudkan impian saya kuliah di UI, tapi tetap tidak tercapai, yaaaahhmmm. Saat SMA saya mendapatkan peringkat 2 terbaik se-IPS itu waktu kelas 2 SMA sepertinya atau kelas 3 ya, lupa, dan mendapatkan kesempatan SBMPTN Undangan, jackpot bagi saya, moment itu saya ambil kesempatan untuk mendaftarkan diri di UI dan UGM, jurusannya pun saya ambil ilmu komunikasi. Kenapa ambil komunikasi? Karena saya suka berinteraksi dengan orang- orang, entah saya yang kepedean atau bagaimana saya juga kurang tau, teman saya yang paling pintar seangkatan, pilihan utamanya jatuh di UGM apalah daya saya malah memilih UI untuk undangan -____- ternyata gak masuk juga, yasudah. SBMPTN tulis saya pilih UGM saja ambil Ilmu Komunikasi dan Sastra Korea dan gak masuk juga. Pada akhirnya saya memilih kota Jogja dengan jurusan harus Ilmu Komunikasi, entah itu kampus apa yang terpenting jurusan yang diambil Ilmu Komunikasi. Mengapa Jogja? Intinya saya ingin keluar di zona tempat saya lahir, kalau di Semarang pun sekelas Undip, pasti akan bertemu teman- teman saya SMA meskipun jurusan yang diambil berbeda- beda. Setelah penelusuran kampus yang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi, karena yang negeri di Jogja yang ada Komunikasi hanya UIN dan UGM , saya juga mencari kampus swasta, dan UPN yang menjadi pilihan saya. Enggak berhenti sampai disitu, tes UPN pertama kali ambil Ilmu Komunikasi dan Administrasi bisnis, keterima di Adminitrasi Bisnis, omaygat, tapi memang saat pengerjaan tes saya lebih lancar di ekonominya, wajar aja kalo diterimanya di AB. Lakukan tes kedua, ambil Ilmu Komunikasi semua dan cuman belajar bahasa inggris, bahasa indonesianya aja, gaperlu belajar semuanya! dan Alhamdulillah baru diterima :)
Masuk perkuliahan, saat itu juga saya melampiaskan semua yang tidak bisa saya lakukan semasa SMA, yak mengikuti semua kegiatan kampus dari mulai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) organisasi dan event- event lainnya. Untuk UKM saya memilih Taekwondo dan Seni, sebetulnya di waktu demo UKM banyak list yang ingin saya ikuti tapi setelah saya filter ternyata dua UKM tadi yang saya pilih, untuk organisasi ada Himpunan Makom (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) dan AVIKOM (Audio Visual Komunikasi). WOW! Banyak pengalaman yang bisa saya ambil dari tempat- tempat itu, yang mungkin akan panjang ceritanya jika diceritakan disini. Pembelajaran seperti teamwork, kepemimpinan, manajemen waktu, Percaya Diri, Empati, Kemandirian dll, saat saya sedang naik daun dan dinominasikan sebagai ketua Teater dan Wakil Bendahara Umum di Himpunan, saya tersandung dan dipertemukan dengan orang yang konyol, hingga pada akhirnya karir saya di kampus saya korbankan, padahal sebetulnya itu kesempatan saya untuk mengasah skill saya menjadi seorang pemimpin yang bisa dijadikan teladan oleh anggotanya. Semaa kuliah, saya sulit sekali untuk pacaran, berbeda dengan waktu di SMA, saya lebih suka mengembangkan skill saya sampai di tingkat tertinggi, tetapi mulai semester 6 saya menyukai orang yang salah, yang mengamburadulkan hidup saya, bertemu dengan orang tersebut juga di Teater, dan dia salah satu orang yang menolak ketika saya dipilih menjadi ketua Teater, sebuah dilema. Namun, pada akhirnya saya pacaran juga dengan orang tersebut selama dua tahun kurang lebih, dan benar, hidup saya semakin berantakan, gak bener, sulit sekali lepas dari orang ini, dari semester 4 saya sudah meninginkan untuk melanjutkan pascasarjana, seharusnya di semester akhir waktu sarjana saya sudah mempersiapkan itu semua, ternyata saya bertemu dengan orang konyol ini dan saya menyia-nyiakan waktu belajar saya untuk orang ini, dulu inginnya melanjutkan di UGM karena masih ingin di Jogja, kalian tau sendiri meskipun pascasarjana masuk di UGM itu sulit juga, usaha saya, saya rasa memang kurang maksimal saat itu untuk masuk di UGM, ya karena itu tadi, saya pacaran dengan orang konyol yang sama sekali tidak mensupport apa yang saya cita- citakan malah selalu diajak jalan- jalan. Hadeeehhhh, sampai pada akhirnya saya lulus sarjana, saya dihadapkan pilihan yang pelik, berkali- kali saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena pacaran dengannya sungguh sangat tidak berfaedah, selalu diajak untuk happy- happy aja, seperti saya dulu waktu SMA tapi ini lebih parah, karena orang ini sama sekali tidak memikirkan masa depannya, benar- benar menikmati hidupnya sekarang dengan menggantungkan orang lain, yaitu say. Yassalaaammmm.......
Saya lulus sarjana, tidak langsung mencari kerja, tapi mempersiapkan untuk pendaftaran UGM, ternyata syaratnya banyak sekali untuk jurusan Ilmu Komunikasi. Sembari menunggu, saya mencari pekerjaan hanya di lingkup Jogja saja karena saya mantap untuk di UGM dan pada saat itu memang keadaan financial saya mulai berantakan karena pacaran dengan orang ini, financial berantakan, pendidikan di UGM gak kecapai karena main terus, akhirnya saya apply pekerjaan APAPUN di Jogja, kualifikasi SMA pun saya ambil, kepepet butuh uang buat hidup. Banyak panggilan yang masuk karena tertarik dengan CV saya, tapi sewaktu wawancara selalu gagal, nah ini pembelajaran lagi buat saya, cari duit itu susah, tapi memang saya menyadari saat lulus sarjana, mental saya masih belum siap untuk bekerja, dan saya masih suka untuk belajar, pernah suatu ketika ditanya dosen "kamu kenapa pengen lanjut S2 mau jadi dosen ya?" dan saya jawab "enggak pak, saya ingin jadi pengusaha" ucapan itu berkali kali saya utarakan jika orang bertanya dan memutuskan saya untuk menjadi dosen, saya selalu menjawab menjadi pengusaha. Kembali lagi, saat mencari pekerjaan, sering gagal dan juga sering tidak dihargai dengan pacar saya sendiri, wah pokoknya punya pacar kayak gini gak faedah banget, pernah juga sempat diterima kerja menjadi admin online shop, baru sebulan eh diberhentikan, karena sering gak tepat waktu, padahal itu terjadi karena motor saya selalu dipakai pacar saya buat kuliah. Hahhhh,,, apes banget yakkk...tapi waktu kerja sebulan itu juga digaji, dan lagi,,, gaji saya diembat juga sama pacar saya ini untuk bayar uang kontrakan. Allahuakbar! Lagi seneng-senengnya punya duit hasil sendiri, malah diembat. Dalam hati "Ya Allah, sebenernya Allah mau kasih aku apasih setelah saya bertemu dengan orang ini?" setahun pontang panting cari kerja, dan saya juga sudah putus asa untuk mendaftar di UGM keburu saya tua, akhirnya saya mencari kampus lain untuk dijadikan pilihan, lagi- lagi UI sebagai incaran, tapi ilmu komunikasi pascasarjana di UI tidak sesuai dengan passion saya, di UI lebih cenderung ke kajian- kajian, kajian Afrika, kajian Amerika dll. Semua kampus negeri sudah saya telusuri, UNDIP dan UNS jadi pilihan, dan ortu mersetui untuk mendaftar di Undip, dan diterima dan di momen itu juga saya memutuskan pacar saya ini, karena pacar saya yang dulu sulit kalau diajak LDR. Yes! Tapi sebelum saya memutuskan dengan pacar saya ini, saya sempat dipertemukan orang juga yang berpengaruh untuk perbaikan diri saya yang sangat pesat, entah kenapa orang ini bisa merubah saya seperti saya yang sebenarnya dan saya yang saya inginkan daridulu, seperti sejak SD saya ingin hafalan Quran karena tidak ada guru untuk menyimak saya hafalan, akhirnya saya urungkan niat menghafal Al- Quran, kemudian Jilbab, dari tahun 2016 saya sudah berfikir untuk berhijab karena lingkungan saya juga orang- orang baik saat itu di semester awal kuliah dan masih sangat baik sampai sekarang, lalu perncanaan- perencanaan dalam hidup yang dari dulu sebenarnya sudah saya rencanakan, saya menyukai planning tapi tidak memungkiri untuk bertindak spontan. Saya merasa saya yang sebenarnya saat bertemu orang ini, pun saya mantap untuk mengakhiri hubungan dengan pacar saya juga karena orang ini. Sepertinya ini memang hidayah. Sosok lelaki ideal idaman saya hehe tapi sekaligus yang menghancurkan hati saya juga huft, dan di sepanjang tahun 2018 ini, di umur ke 24 apapun yang ada dalam diri saya, saya eksplor, menurut saya tidaka ada kata terlambat untuk berubah jadi baik, kegagalan itu merupakan pembelajaran dan sangat berharga sekali.
Anyway, sepertinya perjalanan hidup saya 10 tahun ke belakang, hanya untuk belajar dan terus belajar (akademis) dan juga mengenal lelaki, bersosial, mungkin sekarang Allah belum memberikan rejeki pekerjaan untuk saya, karena dirasa saya masih mampu dari sisi materi, karena orangtua juga masih mampu membutuhi kehidupan saya, apalagi sekarang saya sudah sendiri, tidak dengan pacar yang dulu, hemmmm. Alhamdulillah sudah dapet invest emas 5 gram, tinggal tungggu hasil cetaknya. Dan diumur ini juga, sudah saatnya saya mandiri secara finansial , segera memensiunkan orangtua, karena saya punya rencana untuk mendirikan butik baju dan menikah dengan biaya sendiri, jadi saya harus bekerja. Dari dulu, sebetulnya memang tidak ingin menikah muda, karena saya mengerti, bahwa lelaki itu harus bekerja mengumpulkan uang untuk masa depannya termasuk pernikahannya kelak, nah, saya memberikan kesempatan untuk jodoh saya nanti siapapun itu, untuk mengumpulkan pundi- pundi uang dan di waktu saya menunggu lelaki itu datang, saya juga bekerja mengumpulkan uang untuk masa depan juga, saya rasa umur 27tahun umur yang ideal untuk saya menikah, masih ada waktu 3 tahun untuk mempersiapkan itu semua. Saat saya dipertemukan dengan orang yang berpengaruh mengubah hidup saya ini, sudah sama- sma mantap untuk menikah dan terkendala finansial juga permasalahannya, saai itu saya mengatakan pada orang tersebut "bahkan saya menunggu kamu sampai umur saya 30 tahun tidak masalah, jika kamu yakin terhadap saya" itu bnear- benar ucapan serius saya terhadap dia, tapi ternyata tidak siap dengan semua itu, karena dia tidak ingin membuat malu orangtua saya, karena memiliki perawan tua, padahal saya tidak mempermasalahkan itu, bodo amat kata orang lah ya, lagi- lagi saya tidak bisa memaksakan kehendak saya, dan ketika saat itu tiba, kami mengakhiri hubungan, di saat itu juga saya mengset goal saya ke depan, termasuk hal pernikahan. Semua sudah dipersiapkan sebelum umur 27 datang, tinggal sekarang bertindak dan dijalani sambil nyusu #lho #eh soalnya jarang ngopi hehehehe. Tapi ya gak tau ya, jodoh datengnya kapan setidaknya sudah ada persiapan, pas ketemu biar udah sama- sama siap biar gak kayak kemarin hehe. Sebetulnya enggak hanya sampai umur 27 saya mengset goal, bahkan 10 tahun ke depan hidup saya sudah sampai mana sudah arahkan, berarti umur saya 34 tahun. Tunggu saya muncul ke permukaan! Uhuyyy
Komentar
Posting Komentar