Ingat Mati.
Selamat pagi!
Ingat mati.
Ya. Ingat mati. Akhir- akhir ini saya dihadapkan dengan dengan ingat mati. Barangkali karena saya terlalu sibuk menyiapkan masa depan saya sehingga saya terkadang lupa akan sesuatu, terlalu mengejar yang di depan tapi lupa akan kehendak-Nya. Sama halnya seperti teman- teman sekarang, banyak sekali yang membicarakan tentang perjodohan , "besok gimana ya jodohku, kayak apa ya" menurut saya hal semacam itu tidak perlu terlalu dipikirkan, yang terpenting mempersiapkan diri ketika semuanya itu akan tiba, sehingga akan menjadi benar ketika ada kalimat "semua akan indah pada waktunya". Terkadang ada kesalahkaprahan disini, banyak yang mempersiapkan tentang jodoh, tetapi lupa mempersiapkan kematian. Bukan maksut menakut- nakuti, tapi lebih kepada manusia akan kembali kepada-Nya diwaktu yang kita tidak pernah tau kapan.
Tahun ini adalah tahun keberuntungan bagi saya pribadi, masih diberikan kesempatan untuk tetap hidup dan bertaubat dari kesalahan- kesalahan masa lalu, terlepas itu diampuni atau tidak dosa- dosa saya di masa lalu, setidaknya saya sudah berusaha untuk menebusnya. Ya Allah, terimakasih masih diberikan kesempatan, seharusnya tidak perlu saya menulis seperti ini, karena ini merupakan doa pribadi, tetapi adakalanya sebagai manusia kita saling mengingatkan bahwa kita akan mati, dengan bersyukur, menjalani hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta serta tawakal, sedikit banyak bisa memberikan ketenangan dalam hati.
Oiya, sebelumnya saya minta maaf sebesar- besarnya apabila tulisan saya selama ini, terlalu keras ataupun mencolok, ya memang beginilah karakter saya, iya iya tidak tidak, cukup sulit untuk berbasa-basi. Tapi, setidaknya ada kata maaf di salah satu post saya, termasuk tulisan kali ini. Pada akhirnya, saya mengerti apa yang selalu dikatakan nenek saya "yowes, kersane Gusti Allah" saya selalu bertanya- tanya dengan kalimat yang selalu diutarakan oleh nenek saya, entah sebuah kesulitan ataupun kebahagiaan yang didapat, selalu mengatakan kalimat tersebut. Ternyata, selama sepanjang tahun ini melakukan pendekatan dengan Allah, baru bisa mengerti maksut dari kalimat nenek saya tersebut, bahwa semua yang berjalan di dunia ini adalah kehendak Allah, jangan pernah menggantungkan ikhtiarmu, tapi gantungkanlah kepada Allah. Sama halnya seperti saya menulis tulisan ini, itu karena kehendak Allah, Allah yang menggerakkan hati saya untuk menulis, semua karena Allah. Semua yang terjadi didalam hidup Anda, hidup saya, dan hidup semua manusia atas kehendak Allah, barangkali itu juga yang membuat saya tidak pernah bisa memaksakan kehendak saya, saya sulit sekali untuk memaksa orang untuk mengikuti saya, tapi saya lebih menyukai negoisasi itu akan lebih nyaman bagi saya. Pun ketika saya memaksa seseorang sekeras mungkin, apabila Allah tidak berkehendak, juga hasilnya tetap nihil. Lebih baik, lepaskan.
Sungguh, ilmu agama memang penyeimbang di hidup saya. Ketika saya marah, geram, kecewa, putus asa dll hanya dengan mengingat Allah semua akan jadi membaik, masalahnya mungkin belum selesai, tetapi hati sudah cukup tenang dan mempermudah untuk berfikir jenih. Begitu pula, dengan kegiatan akademis yang semakin menumpuk dan sedang saya jalani sekarang ini, pening. Nyut- nyutan rasanya, berfikir keras untuk mendapatkan yang terbaik, gagal, coba lagi, diulang begitu terus sampai berhasil, tetapi di tengah- tengah ikhtiar tersebut kembalikan lagi kepada Allah, semua sudah diatur, berusaha dengan cara yang baik dan semaksimal mungkin. Berdoa, Ikhtiar, jaga kesehatan. Itulah tiga hal yang terpatri didalam diri saya untuk terus bisa melangkah sampai ke perjalanan yang lebih jauh lagi. Memang, saya rasa hidup itu memang harus punya tujuan dan target satu lagi ambisi, bahwasanya manusia tidak pernah puas denga apa yang mereka dapat. Sudah dapat ini, bikin list lagi, begitu terus. Tapi itu tidak masalah bagi saya, yang terpenting jangan pernah lupa berbagi dengan sesama, tidak harus berupa materi, bisa berupa jasa, dukungan, fisik dll. Hidup akan lebih damai ketika kita saling berbagi.
Ingat mati.
Ya. Ingat mati. Akhir- akhir ini saya dihadapkan dengan dengan ingat mati. Barangkali karena saya terlalu sibuk menyiapkan masa depan saya sehingga saya terkadang lupa akan sesuatu, terlalu mengejar yang di depan tapi lupa akan kehendak-Nya. Sama halnya seperti teman- teman sekarang, banyak sekali yang membicarakan tentang perjodohan , "besok gimana ya jodohku, kayak apa ya" menurut saya hal semacam itu tidak perlu terlalu dipikirkan, yang terpenting mempersiapkan diri ketika semuanya itu akan tiba, sehingga akan menjadi benar ketika ada kalimat "semua akan indah pada waktunya". Terkadang ada kesalahkaprahan disini, banyak yang mempersiapkan tentang jodoh, tetapi lupa mempersiapkan kematian. Bukan maksut menakut- nakuti, tapi lebih kepada manusia akan kembali kepada-Nya diwaktu yang kita tidak pernah tau kapan.
Tahun ini adalah tahun keberuntungan bagi saya pribadi, masih diberikan kesempatan untuk tetap hidup dan bertaubat dari kesalahan- kesalahan masa lalu, terlepas itu diampuni atau tidak dosa- dosa saya di masa lalu, setidaknya saya sudah berusaha untuk menebusnya. Ya Allah, terimakasih masih diberikan kesempatan, seharusnya tidak perlu saya menulis seperti ini, karena ini merupakan doa pribadi, tetapi adakalanya sebagai manusia kita saling mengingatkan bahwa kita akan mati, dengan bersyukur, menjalani hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta serta tawakal, sedikit banyak bisa memberikan ketenangan dalam hati.
Oiya, sebelumnya saya minta maaf sebesar- besarnya apabila tulisan saya selama ini, terlalu keras ataupun mencolok, ya memang beginilah karakter saya, iya iya tidak tidak, cukup sulit untuk berbasa-basi. Tapi, setidaknya ada kata maaf di salah satu post saya, termasuk tulisan kali ini. Pada akhirnya, saya mengerti apa yang selalu dikatakan nenek saya "yowes, kersane Gusti Allah" saya selalu bertanya- tanya dengan kalimat yang selalu diutarakan oleh nenek saya, entah sebuah kesulitan ataupun kebahagiaan yang didapat, selalu mengatakan kalimat tersebut. Ternyata, selama sepanjang tahun ini melakukan pendekatan dengan Allah, baru bisa mengerti maksut dari kalimat nenek saya tersebut, bahwa semua yang berjalan di dunia ini adalah kehendak Allah, jangan pernah menggantungkan ikhtiarmu, tapi gantungkanlah kepada Allah. Sama halnya seperti saya menulis tulisan ini, itu karena kehendak Allah, Allah yang menggerakkan hati saya untuk menulis, semua karena Allah. Semua yang terjadi didalam hidup Anda, hidup saya, dan hidup semua manusia atas kehendak Allah, barangkali itu juga yang membuat saya tidak pernah bisa memaksakan kehendak saya, saya sulit sekali untuk memaksa orang untuk mengikuti saya, tapi saya lebih menyukai negoisasi itu akan lebih nyaman bagi saya. Pun ketika saya memaksa seseorang sekeras mungkin, apabila Allah tidak berkehendak, juga hasilnya tetap nihil. Lebih baik, lepaskan.
Sungguh, ilmu agama memang penyeimbang di hidup saya. Ketika saya marah, geram, kecewa, putus asa dll hanya dengan mengingat Allah semua akan jadi membaik, masalahnya mungkin belum selesai, tetapi hati sudah cukup tenang dan mempermudah untuk berfikir jenih. Begitu pula, dengan kegiatan akademis yang semakin menumpuk dan sedang saya jalani sekarang ini, pening. Nyut- nyutan rasanya, berfikir keras untuk mendapatkan yang terbaik, gagal, coba lagi, diulang begitu terus sampai berhasil, tetapi di tengah- tengah ikhtiar tersebut kembalikan lagi kepada Allah, semua sudah diatur, berusaha dengan cara yang baik dan semaksimal mungkin. Berdoa, Ikhtiar, jaga kesehatan. Itulah tiga hal yang terpatri didalam diri saya untuk terus bisa melangkah sampai ke perjalanan yang lebih jauh lagi. Memang, saya rasa hidup itu memang harus punya tujuan dan target satu lagi ambisi, bahwasanya manusia tidak pernah puas denga apa yang mereka dapat. Sudah dapat ini, bikin list lagi, begitu terus. Tapi itu tidak masalah bagi saya, yang terpenting jangan pernah lupa berbagi dengan sesama, tidak harus berupa materi, bisa berupa jasa, dukungan, fisik dll. Hidup akan lebih damai ketika kita saling berbagi.
Komentar
Posting Komentar