Berita Balita Menonton Video Porno; Untuk Pembelajaran Diri

Hai. Pakabare?
Selalu memiliki jeda lama ketika menulis. Hehe

Sepertinya terakhir menulis liburan semester kemarin, bulan Januari.
Hari ini, saya ingin menulis tentang tumbuh kembang anak saat masih balita. Tulisan ini terinspirasi dengan pemberitaan di Televisi, sewaktu kemarin pulang ke rumah dan muncul berita ini. Well, pada akhirnya terinspirasi ingin memberikan uneg- uneg kepada pembaca. Hmm, sepertinya saya sudah berasa tua mengomentari berita tentang anak -___-

Karena saya selama tinggal di Semarang tidak pernah menonton TV, pas di rumah nonton Tv munculnya berita anak kecil menonton video porno bahkan bukan anak kecil, melainkan balita, menurut kabar yang beredar.

Sebenarnya tidak perlu mencari- cari siapa yang salah dari fenomena ini, lebih kepada kesadaran diri saja. Menurut kalian apakah ada yang salah dengan fenomena ini? Ya jelas ada, yang pasti selalu ditunjuk adalah kelalaian orang tua dalam mengawasi anak.

Dari fenomena ini, sebenarnya bisa menjadikan pembelajaran untuk saya pribadi kelak saat mendidik anak memilih dengan tegas menjauhkan anak dari gadget sampai umur yang sudah saatnya membutuhkan gadget atau tetap memberikan gadget terhadap anak saat masih balita. Jika ditimbang- timbang untuk zaman sekarang ini, sudah sangat wajar sekali anak bermain gadget, tetapi memang untuk saya pribadi, cara konvensional lebih tepat untuk pendidikan anak balita seperti bermain, mengajarkan sosialisasi terhadap teman sebaya di samping itu juga memperkenalkan permainan tradisi Indonesia yang secara tidak langsung nantinya mereka akan belajar tentang budaya, pintar- pintarnya kita sebagai calon ibu menceritakan permainan itu. Tapi saya sendiri juga tidak bisa meramalkan esok, apakah permainan tradisional masih ad atau bahkan punah?

Bagi saya, anak itu sangat berharga keberadaannya. Saya memang belum memiliki anak, tetpai saya peduli kepada anak dan perempuan, sejujurnya saya ingin perempuan dan anak benar- benar dilindungi. Mengapa fokus saya ada pada perempuan dan anak? Lebih kepada perempuan itu nantinya akan menjadi ibu, ibu itu sungguh luar biasa perjuangannya untuk anak, bahkan kepintaran seorang ibu akan diturunkan 1 kromosom kepada anaknya, sepertinya begitu kalau tidak salah saya membaca kemarin. Itulah, yang menjadi alasan saya ingin menjadi pintar saat ditanya oleh dosen saya perihal pertanyaan "kenapa kamu ingin melanjutkan S2?" karena saya perempuan, saya ingin pintar, memang terkesan feminis, tapi ya perempuan memang harus begitu, demi mencetak generasi masa depan yang lebih baik lagi dari apa yang saya punya sekarang. Belajar lebih banyak lagi, apapun itu selama positif, itu juga demi anak- anak kelak, bahkan ilmu yang saya dapat nantinya tidak hanya saya berikan kepada anak saya kelak, tapi untuk generasi muda ke depan agar bisa menjadikan bangsa Indonesia ini bermoral, saya terkadang merasa lelah mengamati fenomena- fenomena yang terjadi di sekitar saya yang sangat amburadul, ya, mungkin memang itu seninya di dunia -___-

Tapi semoga cita- cita yang ingin saya raih kelak, bisa membawakan berkah bagi sesama.

Balik lagi ke pembahasan tadi, kalau tadi sudah bicara tentang perempuan, sekarang anak. Anak itu, mudah sekali meniru, saya terkadang sedih sendiri ketika melihat balita, mereka itu masih sangat polos, tatapannya sangat polos, benar- benar belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di dunia ini, dan lagi- lagi yang ditiru pasti orang tuanya. Seperti saya sedang dibukakan pintu untuk merancang bagaimana esok saat saya sudah memiliki anak dan bagaimana cara mendidiknya, gampang- gampang susah sebenarnya untuk mencetak generasi yang lebih baik lagi, bukan saat akan memiliki anak tetapi saat memilih calon pendamping yang benar- benar memang harus di filter. Orang tua harus smart.

Di tulisan ini saya tidak ingin banyak mengkritisi, ini lebih semacam pembelajaran diri saja untuk saya pribadi bagaimanan menghadapi kasus seperti ini bahkan meniadakan kasus seperti ini untuk anak saya nantinya.

Komentar

Postingan Populer