Resensi American Gangster
Halo.
Sapa saya di pagi hari ini. Mari tersenyum manis, semanis kamu.
Kali ini saya ingin membuat resensi dari hasil saya menonton film American Gangster, karena kebetulan saya sedang 'dapet' jadi tidak setoran hafalan kurang lebih seminggu ini, untuk mengisi waktu luang mari kita pelajari budaya asing dengan menonton film.
Sapa saya di pagi hari ini. Mari tersenyum manis, semanis kamu.
Kali ini saya ingin membuat resensi dari hasil saya menonton film American Gangster, karena kebetulan saya sedang 'dapet' jadi tidak setoran hafalan kurang lebih seminggu ini, untuk mengisi waktu luang mari kita pelajari budaya asing dengan menonton film.
American Gangster ini film yang berasal dari Amerika dan rilis pada tahun 2007, saya suka film berbobot seperti ini, selain saya menyukai film bergenre action dan detektif, pesan yang disampaikan juga harus berisi dan memberikan pandangan baru bagi saya pribadi. Paling tidak atau minimal, membuka wawasan tentang budaya Amerika pada tahun tertentu yang belum maju seperti sekarang.
Overview
Director | : | Ridley Scott |
Writers (WGA) | : | Steven Zaillian (written by) |
Mark Jacobson (article) | ||
Genre | : | Crime / Drama |
Run time | : | 157 min |
MPAA Rating | : | Rated R for violence, pervasive drug content and language, nudity and sexuality. |
Cast
Denzel Washington | : | Frank Lucas |
Russell Crowe | : | Det. Richie Roberts |
Chiwetel Ejiofor | : | Huey Lucas |
Josh Brolin | : | Detective Trupo |
Lymari Nadal | : | Eva |
Ted Levine | : | Det. Lou Toback |
Sinopsis
New York, 1970an. Ellsworth “Bumpy”
Johnson, seorang gangster kulit hitam yang cerdas dan memiliki disiplin
tinggi. Bumpy memiliki seorang supir sekaligus tangan kanan dan
muridnya, bernama Frank Lucas. Ketika Bumpy meninggal terkena serangan
jantung, situasi pun berubah. Kekosongan ini membuat para gangster kulit
hitam saling berebut pengaruh di jalanan Harlem.
Frank yang muak akan perilaku dan tabiat baru para
gangster yang serba mewah dan gemerlap, akhirnya menentukan untuk
mengambil alih. Untuk mendapatkan uang dan kekuasaan, dia pun membangun
jaringan obat bius baru dengan membeli langsung ke sumber heroin di
Thailand, mengirim heroin via kargo militer, menurunkan kadar
kemurniannya, lalu mengemasnya dengan nama “Blue Magic”. Meski kadar
kemurnian obat ini sudah diturunkan dari aslinya, namun tetap saja masih
dua kali lipat dibanding obat lain yang beredar di jalanan. Terlebih
lagi, metode Frank membeli langsung di sumbernya dan tanpa perantara,
membuatnya bisa menjual sebesar separuh harga pasar.
Dengan cepat, Frank memperoleh banyak uang. Dia
membeli beberapa nightclub dan apartemen. Dia juga memindahkan ibu dan
saudara-saudaranya dari North Carolina ke New York, di sebuah rumah
dengan areal tanah yang sangat luas. Tak hanya itu saja, Frank bahkan
menikahi Miss Puerto Rico. Kehidupan Frank berubah total, berawal dari
negro miskin, menjadi seorang yang paling berpengaruh di New York.
Namun semua hal itu tidak membuatnya berganti gaya hidup. Frank tetap
mengikuti ajaran Bumpy, dia tetap disiplin, tenang, namun kejam. Dia
juga masih tetap tidak memakai perhiasan dan baju nge-jreng seperti
layaknya para gangster negro lain. Frank menyembunyikan jaringan
sindikatnya dengan berbagai macam tempat pekerjaan, dan dia hanya
mempercayakan urusan bisnis kepada saudara-saudaranya. Dia sendiri tidak
tampak seperti seorang king heroin, karena setiap minggu dia akan
pergi ke gereja bersama ibu dan istrinya. Lalu sorenya dia akan
mengganti bunga di makam Bumpy. Hari-hari kerja dilalui dengan makan
pagi di sebuah restoran kuno, lalu mengunjungi klub miliknya. Malamnya
dia dan istrinya akan makan bersama selebritis dan orang-orang penting.
Benar-benar tampak seperti seseorang pebisnis sukses dengan hidup yang
normal.
Sementara itu, di Newark – New Jersey, terdapat seorang detektif yang
memiliki kejujuran dan disiplin tinggi bernama Richie Roberts. Suatu
hari, Richie dan partnernya menemukan uang barang bukti sejumlah 1 juta
dollar. Partnernya memaksa agar mereka mengambil saja uang itu, karena
bila diserahkan sebagai barang bukti, mereka akan dibenci rekan-rekan
sekantor karena merasa “nggak bagi-bagi jatah”. Namun kejujuran dan
disiplin Richie tak tergoyahkan, dia tetap menyerahkan uang itu dengan
konsekuensi mereka dibenci oleh rekan-rekan sekantor. Setelah kematian
partnernya karena overdosis, Richie lalu ditawari untuk menjadi pemimpin
satuan khusus anti-narkoba. Dia juga bebas memilih anak buah yang
dinilai cakap dan anti suap.
Sejalan dengan bisnis Frank yang makin sukses, dia pun makin berpengaruh
di lingkungan gangster, baik kulit hitam, maupun jaringan mafia Itali.
Suatu hari, ia dan istrinya pergi melihat pertandingan tinju Muhammad
Ali. Dia duduk di baris kedua, lebih dekat dengan ring tinju daripada
mafia Itali yang punya pengaruh. Ini jelas memancing rasa ingin tahu
Richie yang sedang mengawasi para mafia. “Siapa orang kulit hitam yang
lebih berpengaruh daripada para mafia Itali?” Richie bertanya-tanya. Tak
hanya itu saja, seluruh orang-orang dunia hitam tampak sekali menaruh
hormat padanya. Dan dimulailah penyelidikan atas jaringan narkoba kulit
hitam paling besar dalam sejarah, yang melibatkan ratusan polisi kotor
dan berbagai kalangan pemerintah.
Overall
Soal latar, kita diajak melihat sisi gelap dari
jalanan New York di tahun 70an. Kita akan melihat Harlem, Bronx, dan
berbagai tempat di Manhattan yang dihuni oleh orang-orang kulit hitam di
daerah pinggiran. Film yang berdasar kisah nyata ini seakan-akan mampu
memberikan gambaran keadaan keseharian mereka di saat itu. Ada rumah
susun yang kumuh dengan penghuninya yang kadang jalan-jalan sambil teler
dan telanjang, lalu juga ada nightclub dan bar yang gemerlap penuh
hiruk pikuk para orang kaya kulit hitam, lalu masih ada pula vila dan
griya tawang yang megah milik para kingpin dan bos-bos mafia.
Di film ini, kita diajak melihat dengan 2 sudut pandang, dari sisi Frank
Lucas, dan dari Richie. Bagaimana perjalanan seorang Frank Lucas yang
bukan siapa-siapa, kemudian menanjak menjadi gembong obat bius berkulit
hitam paling berpengaruh selama 100 tahun terakhir. Dernzel Washington
mampu memerankan karakter ini dengan baik. Kalau dulu di film Training
Day dia selalu mengucapkan “My Man”, maka di film ini pun dia selalu
mengucapkan kata ini. Tidak ada yang diragukan bila Denzel Washington
mengisi sebuah peran.
Lalu kita juga diajak melihat kisah Richie (Russel
Crowe), seorang detektif yang gemar main perempuan, yang akhirnya
ditinggalkan oleh istrinya. Well, Richie memang jujur dan disiplin dalam
urusan tugas dinas, tapi hal itu tidak membuatnya menjadi sosok
sempurna. Dilema dan masalah masing-masing karakter akan ditemui. Tak
hanya mereka saja, masih ada Detektif Trupo, seorang detektif kotor yang
suka memeras penjahat dan bahkan menjual heroin barang bukti. Tiap-tiap
karakter di film ini memiliki kisah sendiri-sendiri, dan alur dari
kisah itu membuat mereka saling terkait satu sama lain, sehingga membuat
film ini memiliki ketegangan yang makin memuncak secara bertahap.
Cerita dan pengembangan karakter merupakan sisi
terkuat dari film ini. Ridley Scott berhasil membuat film yang bagus. American Gangster bukanlah film yang bercerita mengenai mafia
seperti halnya Godfather atau Scarface. American Gangster adalah tentang
polisi bersih yang ingin menangkap penjahat, sekaligus membersihkan
polisi kotor yang terlibat. Ini film yang cukup menyentuh, dengan
pengembangan karakter yang sangat baik, serta kecepatan alur cerita yang
pas.
Note: Yang saya cetak tebal adalah pesan moral baik yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari- hari. Semoga sukses!
Note: Yang saya cetak tebal adalah pesan moral baik yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari- hari. Semoga sukses!
This is not a kid movie! 21+ is my recommended
age if you want to ask someone to watch this movie. It has violence and
rough words. But the most important thing is: Nudity alert! Even if they say “lulus sensor“.
Sutradara yang cerdas, membangun berbagai karakter dan mengaitkan karakter- karakter dalam alur cerita yang pas. Saya sangat mengapresiasi sutradara dalam film ini (Ridley Scott) , terutama karakter yang dimainkan oleh Denzel Wadhington ketegasan, kejam dan disiplin sangat melekat dalam dirinya. Perpaduan pengambilan gambar, lighting, akting pemeran hampir seluruhnya pas, namun saya kurang sedikit setuju dengan pemilihan pemain Russel Crow sebagai polisi, badannya terlalu gemuk untuk ukuran polisi detektif, ketika sedang melakukan penggeledahan pabrik heroin milik Frank, badan yang engap tidak enak dilihat bagi saya, seperti kurang mempunyai power sebagai polisi detektif, jika diperankan sebagai polisi biasa masih sesuai, namun untuk polisi detektif masih kurang pas.
Secara keseluruhan, cerita yang dibangun sangat ciamik terlebih diambil dari cerita nyata di Amerika dan sangat membuka wawasan dan pengetahuan baru tentang Amerika. Nice Movie.
Komentar
Posting Komentar